Aku anak laki-laki dengan sejuta mimpi dan keinginan. Sampai detik ini, aku hidup seperti ulat yang berusaha menjadi kepompong demi bisa terbang sebagai kupu-kupu dengan sayap terindah. Terus menyusun tangga setiap harinya, berharap suatu hari nanti bisa menggapai ketinggian yang diinginkan. Aku yakin semua orang begitu, punya cita-cita dan harapan mereka masing-masing.
Tapi sebelum itu, sebelum kita semua bahkan bisa bermimpi. Kita hanyalah seorang manusia yang terlahir tak berdaya, tak memiliki apa-apa, hanya bisa menangis tanpa alasan. Yang kita butuhkan saat itu hanya pelukan kasih sayang dari seorang wanita cantik bak bidadari yang telah berjuang selama 9 bulan merawat kita dalam perutnya. Harus melewati proses luar biasa yang penuh pengorbanan, cinta, dan ketangguhan. Tidak ada lagi yang bisa Tuhan percayakan untuk menanggung beban fisik dan mental selama Tiga Trimester demi bisa merawat kehidupan yang dititipkan-Nya, selain seorang wanita anggun, tangguh nan berani bernama Ibu, bidadari tak bersayap yang diutus Tuhan menjalankan misi bersama Ayah di Bumi.
Cinta dan kasih sayang Ibu mengiringi pertumbuhan masa kecilku tanpa henti, walau terkadang ada bumbu amarah yang menghampiri. Tapi kita semua tahu di lubuk hati terdalam seorang Ibu hanya ada rasa sayang tak terbendung memenuhi seluruh ruang kalbunya. Aku tahu, seringkali rasa sayang itu tak terekspresi dengan baik, akupun begitu. Terkadang kita tak tahu seperti apa bentuk cinta ini harus terungkap, seperti apa seharusnya kata rindu ini harus terbilang. Kecerdasan kita sekarang bahkan tak mampu untuk sekadar menyusun kalimat efektif untuk mengungkap tabir rasa yang sesungguhnya.
Yang aku tahu pasti, di setiap perjalanan menjalani kehidupan doa Ibu selalu menyertai. Aku mungkin tak bisa melihat doa itu sampai, tapi aku bisa merasakan doa itu menyelimuti setiap jalanku menuju masa depan yang kudambakan. Begitupun doaku, yang terus kupanjatkan mendahului segala keinginan dan harapanku yang lainnya. Mungkin ini salah satu cara pengungkapan rindu yang tak tersurat, entahlah...