Kita hidup di zaman di mana teknologi udah canggih-canggih banget, bahkan saking kerennya kecanggihan sekarang udah dianggap hal normal aja.
Friedrich Reinitzer saat pertama kali nemuin kristal cair pada tahun 1888, gak akan pernah kepikiran bahwa itu akan diolah menjadi layar LCD di masa depan. Alan Turing bakalan kaget kalo tau mesin yang dibikinnya untuk mecahin kode rahasia tentara Nazi waktu perang dunia II menjadi awal mula terciptanya komputer yang sekarang dipake anak SMA buat nulis presentasi tugas sekolah.
Belum lagi dengan berkembangnya Kecerdasan Buatan yang bikin kehidupan sekarang terasa unreal jika dibayangkan. Ini realitas kehidupan sekarang yang akan terus berjalan.
Kita sebagai manusia selalu punya ketertarikan terhadap sesuatu. Biasanya yang ada di depan mata kita. Waktu kecil ketika kamu ngeliat teman kamu punya mainan baru yang kamu nggak punya, kamu tertarik dan pengen punya juga. Mulai remaja ketika kamu ngeliat teman-teman di sekitar kamu pacaran, kamu tertarik dan pengen pacaran juga. Sampai kamu dewasa ketika ngeliat teman kamu dapat pekerjaan yang mereka impikan, jadi Polisi misalnya, kamu tertarik dan pengen kerja sesuai impian kamu juga.
Kita semua begitu, punya ketertarikan yang timbul dari rasa penasaran. Penasaran timbul karena keingintahuan terhadap suatu ketidaktahuan secara alami. Para ilmuwan yang menemukan teknologi juga berawal dari keingintahuan atas ketidaktahuan. Ibn Al-Haytham pada abad ke-10 ingin tahu bagaimana cara kerja mata manusia dapat melihat, lalu lahirlah sejarah kamera pertama di bumi.
Sedari kecil pun aku senang mengikuti kegiatan yang teman disekitarku lakukan. Gabung pelatihan Sepak Bola karena melihat semua temanku ikut. Masuk perguruan Taekwondo karena di sekolah ramai yang masuk. Berlatih tinju karena teman di lingkungan sekitarku semuanya latihan. Tapi tak ada satupun yang sungguh-sungguh kulatih. Aku menendang bola dengan buruk, kuda-kudaku tak pernah seimbang, memakai sarung tinju pun tak pernah benar.
Sampai suatu ketika ada warnet yang dibuka di dekat rumah, aku bersama teman-temanku main di warnet, seperti anak pada umumnya, main game, nonton youtube, bermedia sosial di facebook, bikin tugas sekolah dan sebagainya. Sejak saat itu aku sering ke warnet dan berinteraksi dengan komputer. Dimulai dari menonton berbagai macam tutorial di youtube untuk membuat mainan dari barang bekas, origami kertas, sampai akhirnya aku mulai penasaran lebih jauh dengan barang elektronik di depanku yang membuatku nyaman duduk hingga berjam-jam.
Singkat cerita seiring berjalannya waktu, rasa penasaranku mulai mendalam, membawaku ke dalam perjalanan untuk belajar bagaimana cara komputer mendapat informasi, bagaimana caranya berkomunikasi dengan manusia melalui seperangkat alat seperti keyboard dan sebagainya. Akhirnya, aku mulai menemukan kenyamanan untuk memperdalam hubunganku dengan komputer melalui bahasa pemrograman.
Tentu saja aku tak sendirian dalam perjalanan ini, banyak orang lain di luar sana yang punya perjalanan serupa, mengarungi lautan informasi, berusaha mempelajari bagaimana komputer bekerja dan mencari tahu lebih dalam lagi. Kamu mungkin salah satunya.
Namun perjalanan tak pernah mudah, di tengah perjalanan kadang kita menemukan berbagai rintangan yang seringkali membuat kita ragu dengan pilihan ini. Beberapa orang tak punya alasan yang kuat untuk menahan ombak keraguan. Jika itu kamu, percayalah itu tak harus jadi penyebab kamu berhenti, mungkin kamu hanya perlu menggali pertanyaan lebih banyak lagi, lebih dalam lagi sehingga cukup untuk membuat kamu mau terus berlayar sampai menemukan jawaban.
Perjalanan dalam memahami bahasa pemrograman, misalnya, tentu tidak singkat dan mudah. Keterbatasan akses dan tidak ada wadah untuk bertanya menjadi rintangan yang tak luput menghiasi proses belajar. Justru rintangan ini yang membuat perjalananku tidak membosankan, dan hasil yang kucapai terasa sangat menyenangkan. Stephen Hawking pun dengan segala keterbatasannya mampu menciptakan penemuan yang bermanfaat bagi umat manusia sekarang dan kedepannya. Tak ada yang tak mungkin.
Beberapa pertanyaan ini mungkin bisa membantumu mengawali perjalanan ini: Apa yang ingin kamu ciptakan? Teknologi apa yang membuat kamu penasaran? Masalah apa yang menurut kamu bisa diselesaikan dengan Teknologi? Apa yang ada di kepala kamu saat pertama kali memikirkan untuk mengawali perjalanan ini?
Keputusanku untuk menekuni bidang ini karena banyak pertanyaan yang sedari dulu kusimpan sebagiannya belum terjawab. Aku ingin semua pertanyaanku bisa terjawab, walau terasa mustahil karena satu pertanyaan yang terjawab menimbulkan enam pertanyaan baru. Tapi sekali lagi, tak ada yang tak mungkin.
Kamu mungkin terlambat memulai perjalanan,
Tapi jika kamu mau, kamu bisa finish lebih awal.